Entri Populer

Selasa, 07 Juni 2011

Di_Li"22042011"

Seseorang hadir dihidupmu karena sebuah alasan...
Mereka datang menawarkan kebahagiaan juga kekecewaan..
Ada yang hanya sesaat ada pula yang setiap saat...
Mereka datang silih berganti meningalkan kasih dan terkadang perih...
Namun percayalah,akan ada seseorang yang datang dan menetap sepanjang masa di hidupmu..
ALLAH sengaja membiarkanmu bertemu dengan beberapa orang yang salah,sebelum akhirnya mempertemukanmu dengan orang yang tepat dengan cara dan waktu yang indah....
love u Lee, thxs with your love "22042011"

Sabtu, 05 Februari 2011

Government Relations


Government Affair

GR, mendukung klien sebelum mengambil keputusan utama dalam pemerintahan sehari-hari.  Advokasi yang efektif sering kali memerlukan kerja yang simultan yang menyangkut 2 strategi utama :

   1. Offense – dalam hal ini, PR bertugas untuk ”move the desimal point” dimana PR harus membagi bagian fraksional dari suatu kegiatan pemerintah. Ini mungkin melibatkan penyusutan  jadwal yang lebih pendek dalam kode pajak atau memperluas definisi untuk menyertakan teknologi baru yang akan memenuhi syarat untuk dana pemerintah.
   2. Deffense – Bekerja dengan koalisi di sektor swasta dan pejabat pemerintah untuk memblokir peraturan pemerintah dari yang berdampak negatif neraca korporasi. Hal ini mungkin termasuk ketentuan-ketentuan dalam kesehatan, reformasi peraturan atau undang-undang iklim yang mempunyai efek negatif atau yang tidak seimbang pada korporasi.

Transaction Support

Hampir setiap transaksi bisnis membawa tingkat risiko politik. Dalam hal ini, kita harus dapat menasihati dana ekuitas swasta dan bank-bank investasi, telah memainkan peran penting dalam memberikan saran kepada dana tersebut pada akuisisi mereka dalam negeri dan luar negeri dan divestasi
Due Intellegent

Hal ini berhubungan dengan entitas domestik mau pun asing sebelum memulai transaksi atau membuat pengumuman utama. Sebelum melakukan pengumuman tersebut, PR harus melibatkan pembuat kebijakan kunci untuk menerima reaksi dan umpan balik. PR menggunakan informasi untuk mengembangkan sebuah rencana aksi dirancang untuk meminimalkan resiko politik dan kemudian melaksanakan rencana sesuai dengan pengumuman.
Crisis Respone and Reputation Management

Pendekatan untuk mengatasi manajemen krisis melibatkan kebutuhan strategis dan politik langsung dari pemerintahan sambil memastikan bahwa mereka dapat tetap dilindungi dalam jangka waktu yang cukup panjang. PR harus tetap memastikan bahwa titik pandang PR sama dengan titik pandang klien (pemerintahan) dan si pengambil keputusan utama. Untuk mengelola krisis secara efektif adalah memiliki hubungan politik yang kuat; mengumpulkan bukti, fakta, dengan intelegensi yang kuat dan berkelanjutan, maka pesan tersebut harus jelas sehingga dapat mengembangkan suatu strategi yang bagus, dan untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang disepakati di awal adalah strategi kita.
Litigation Support

(Litigasi / Litigation : adalah bentuk penanganan klien dalam hal beracara di pengadilan baik itu perkara perdata maupun pidana, termasuk didalamnya mendampingi klien dalam pemeriksaan pada Kepolisian, Kejaksaan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil maupun di Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pengadilan.)

Kongres semakin menjadi suatu lingkungan di mana pengacara penggugat dan perusahaan menggunakan legislator dan proses komite untuk pencarian lebih lanjut mengenai  litigasi mereka. PR menyarankan klien tentang cara bekerja dengan anggota Kongres untuk memajukan tujuan litigasi atau meminimalkan dampak terhadap mereka. Koordinasi dengan strategi media sering penting untuk menjaga reputasi dan citra klien juga mereka yang terkait dengan klien.



No comments
AUDIT PR : Part 2

Artikel ini adalah lanjutan dari pembahasan mengenai audit humas yang pertama. Disini, kita akan membahaas mengenai mengapa dilakukan AUDIT PR, dan bagaimana PROSES AUDIT PR itu sendiri?

ALASAN DILAKUKAN AUDIT PR : (diambil dari handout perkuliahan audit humas universitas padjadjaran Oleh : Evie Ariadne)

Masih bingung, mengapa suatu perusahaan membutuhkan audit PR?

   1. Audit PR dilakukan disaat PRO (Public Relations Officer) baru menjabat dalam pekerjaannya. Audit akan memberi informasi kekuatan, dan kelemahan PR, menjelaskan tujuan PR, menentukan fungsi PR, dan menunjukan nilai potensian dari program PR.
   2. Disaat PRO merencanakan program-program kegiatan, audit dapat membantu PRO mengenali manajemen melalui persepsi dari luar dan mendorong ke arah suatu PERUBAHAN.
   3. Ketika CEO baru, audit membantu mengetahui prioritas program-program baru yang akan dilaksanakan dan sikap publik terhadap lembaga
   4. Terjadi perubahan dalam kondisi keungan dan ingin menyusun anggaran belanja untuk kegiatan kegiatan lemabga umumnya dan PR khususnya. Seperti terjadi turun naik penghasilan yang drastis, perubahan deviden, perubahan anggaran untuk bagian atau kegiatan PR.
   5. Ketika lembaga melakukan perubahan arah, audit akan memberi pentunjuk apakah harus melakukan GO PUBLIC, MERGER, AKUSISI, dan PENEKANAN PRODUK atau JASA
   6. Terjadi perubahan besar dalam struktur lembaga, seperti keberhasilan yang diraih, pengaturan manajemen baru, dan penata ulang bagian biro. Audit akan menyiagakan pimpinan dalam menghadapi perubahan yan diterima dari publik dalam dan luar
   7. Ketika diperlukan peninjauan ulang identitas atau kampanye uklan yang dilakukan PR, audit membantu dalam menentukan arah baru
   8. disaat PRO memerlukan kejelasan mandat dari pimpinan, audit memberikan objektivitas yang diperlukan.
   9. ketika perlu ditetapkan sebuat patok branding/brenchmark untuk tolak ukur itu sendi dan untuk mengukur kemajuan tahunan/berkalan untuk menyusun kembali prioritas perencanaan
  10. Disaat perlu membangun landasan dan latar belakang guna pengembangan kebijakan dan perencanaan program baru

AUDIT PUBLIC RELATIONS = PROSES PUBLIC RELATIONS.

Masih ingat, model proses PR yang dibuat oleh Cutlip&Center, pada bukunya Effective PR. Ini adalah model yang paling sering digunakan oleh praktisi PR, untuk merencanakan suatu PR Plan.

Pada model ini terdapat 4 tahap penting yaitu; Defining Public Relations Problem (Situation Analysis: What is Happening Now), Planning and Programming (Strategy: What Should we do and say and WHY?), Taking action and Communicatiing (Implementation : How and when do we do and say it?), terakhir Evaluation the Program (Assessment : How did we do?)

   1. Mendefinisikan masalah : dilakukan melalui penelitian dengan menganalissi situasi berupa pemahaman, opini, sikap, dan perilaku public terhadap lembaga. PERTANYAANNYA: agar yang terjadi sekarang bertolak dari hasil. Fact Finding ini dapat dirumuskan permasalahan secara akurat
   2. Planning Programming : Dari rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang disesuaikan juga dengan kepentingan public. PERTANYAANNYA, apa yang harus dilakukan? Dan apa yang akan dikatakan? Dan mengapa melakukan ini?
   3. Tahap pelaksanaan/implementasi dan komunikasi : ditahap ini PRO harus mengkomunikasikan pelaksanaan program secara menarik sehingga mampu mempengaruhi sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. PERTANYAAN : bagaimana dan kapan akan dikerjakan dan bagaimana menjelaskannya
   4. Tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian samapai keberhasilan akan kegagalan yang terjadi dari program tersebut. PERTANYAAN : bagaimana kita mengerjakannya?

Selain 4 tahap PR diatas, kita juga bisa memakai tahap lainnya :

Joyce F Jones Said :

FINDING OUT WHAT WE THINK

Ini adalah sebuah wawancara dengan manajemen puncak dan dalam beberapa hal juga manajemen menengah untuk melihat kekuatan dan kelemahan dalam perusahaan, pulik relevan dan amsalah2 yang relevan dieksplorasi

FINDING OUT WHAT THEY THINK

Penelitian dilakukan untuk menentukan kedekatan pandangan public dengan pandangan perusahaan

EVALUATING THE DISPARITY

Sebuah neraca kehumasan yang menggambarkan asset, kemampuan, kekuatan, dan kelemahan dirancang berdasarkan analisis perbedaan yang didapat dari langkah pertama dan kedua

RECOMMENDING

Sebuah program kehumasan yang lengkap dirancang untuk mengurangi perbedaan yang didapat dalam langkah pertama da kedua


No comments
AUDIT PR : Part 1

Alhamdulillah, akhirnya setelah sekian lama tidak menulis, saya memutuskan untuk menulis tentang dunia komunikasi kembali. Hi, teman-teman pelajar komunikasi (khusunya Public Relations), Kali ini saya ingin membahas tentang Audit Public Relations.

WHY ORGANIZATION NEED AUDIT PUBLIC RELATIONS?

Mari kita mulai dari asal katanya terlebih dahulu, dimana Audit adalah pemeriksaan dan pengujian laporan keuangan. Lalu mengapa, kalau ditujukan untuk masalah financial, kita sebagai orang PR juga butuh audit?

Menurut Webster’s New World Dictionary, audit itu meliputi 5 Aspek :

   1. Pengujian&Pemeriksaan atas rekenin Koran/laporan kengan untuk memastikan kebenarannya.
   2. Pemberesan atau penyesuaian rekening
   3. rekening yang diuji dan disesuaikan
   4. pernyataan akhir dari para auditor tentang suatu rekening
   5. setiap pengujian & evaluasi seksama atas sebuah persoalan

Nah, financial things berhubungan dari butir 1 sampai butir 4, sedangkan sebagai orang PR, mari kita lihat BUTIR KE 5.

Pengertian butir ke 5, mengandung makna semua aspek yang dianggap penting dalam suatu sistem kerja yang dapat di audit. ARTINYA, sistem komunikasi pun sebagai salah satu aspek dalam suatu sistem kerja, juga bisa di audit seperti halnya sistem pemasaran, sistem organisasi, dan lainnya.

BACK TO DEFINITION OF PUBLIC RELATIONS.

Suatu proses audit, memiliki hubungan yang erat dengan komunikasi khusunya PR. Kalau kita lihat dari salah satu definisi yang diutarakan oleh bapak J.C Seidel, yaitu ”PUBLIC RELATIONS ADALAH USAHA MANAJEMEN UNTUK MEMPEROLEH PENGERTIAN DAN GOODWILL DARI PARA PELANGGAN, PEGAWAI, DAN PUBLIK PADA UMUMNYA. KEDALAM DENGAN MENGADAKAN ANALISIS DAN PERBAIKAN-PERBAIKAN TERHADAP DIRI SENDIRI, DAN KELUAR MENGADAKAN PERNYATAAN-PERNYATAAN”

Mengapa mengambil definisi dari J.C Seidel?

Dalam Audit PR, kita melakukan suatu riset komperhensif mengenai suatu perusahaan. Tidak selalu ada masalah dalam perusahaan tersebut, namun pasti ada saja yang sesuatu yang harus diseldiki, baik itu CEO, Karyawan, event, customer, dan lain lain.

Hey, we look like Communication Intellegent Agency, huh? (CIA :D )

Kembali lagi pada pengertian J.C Seidel, dimana kita sebagai PR, tentu saja tujuan utamannya adalah menciptakan GOODWILL dan pengertian public (baik internal mau pun eksternal). -> DENGAN MENGADAKAN ANALISIS. Nah, analisis disini yang mau saya BOLD. Karena, AUDIT PR memang membutuhkan analisis terhadap diri sendiri (COMPANY), dan mengemukakan pernyataan-pernyataan pada public, tentunya dengan solusi atas suatu masalah yang terjadi pada perusahaan tersebut

Jadi, apakah suatu perusahaan butuh Audit Public Relations?

Jawabannya YA. Tentu saja, untuk menjaga keseimbangan, keselarasan, dan kenyamanan komunikasi dalam perusahaan, suatu perusahaan butuh Audit PR.

WHAT THE PURPOSE OF AUDIT PUBLIC RELATIONS?

Tujuan Audit PR adalah untuk mengetahui POSISI PR dalam suatu organisasi secara komperhensif sehingga dapat diancang kegiatan humas selanjutnya

Apa hanya sebatas itu saja? Jawabannya adalah TIDAK.

Tujuan khusus audit PR :

   1. Untuk meningkatkan KINERJA PR melalui peningkatan efektivitas program-programnya.
   2. Untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi (SWOT)
   3. Untuk mere-evaluasi atas pencapaian tujuan dari suatu program atau berbagai aktivitas dari program tersebut
   4. untuk menentukan publik-publik dari bidang yang berbeda yang relevan dengan perusahaan
   5. untuk mengetahui opini publik terhadap orang (Contohnya dari surat pembaca)
   6. Untuk memberikan informasi kepada manajemen sebagai input dalam pengambilan keputusan

Posted in Public Relations.
By nanath
September 20, 2010

No comments
Manfaat Public Relations

Manfaat Public Relations

Dalam bukunya yang berjudul “Public Relations”, Frank Jeffkins menyebutkan manfaat khusus PR yang meliputi kegunaan PR dalam pengelolaan atau pelaksanaan, antara lain :

   1. Manajemen krisis

Tidak ada satu pun perusahaan yang bebas krisis. Minimal mempunyai resiko mengalami krisis. Maka tim PR yang ada di dalam struktur perusahaan bertugas untuk menyelesaikan krisis yang terjadi dengan serangkaian persiapan dan kesiapan tersendiri.

   1. Penerbitan Desk-top

PR bertanggung jawab atas jurnal internal komputer perusahaan. Oleh karena itu, biasanya perusahaan memiliki bagian internal relations untuk mengurusi hal tersebut.

   1. Identitas perusahaan

Identitas perusahaan merupakan sebuah wahana komunikasi bagi segenap karyawan perusahaan, para pemilik saham, para agen atau dealer, konsumen, lembaga-lembaga keuangan dan berbagai pihak lainnya yang punya kepentingan dan kaitan dengan organisasi. Tim PR adalah bagian yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan memelihara identitas sebuah perusahaan.

   1. Hubungan parlementer

PR wajib menjalin hubungan parlementer yang baik. Hubungan parlementer dalam konteks ini adalah hubungan-hubungan antara berbagai organisasi dengan pihak pemerintah, para anggota parlemen, serta para birokrat dari berbagai departemen dan instansi pemerintah. Legistator atau regulator adalah publik yang sangat penting dalam keberlangsungan usaha suatu perusahaan.

   1. PR financial

Sebagai sebuah perusahaan yang telah go public, maka perusahaan memerlukan tim PR yang melakukan kegiatan-kegiatan PR di seputar peristiwa keuangan atau bisnis dalam rangka mendukung rencana perusahaan kliennya untuk memasuki bursa saham atau dalam rangka mendukung peluncuran laporan keuangan tahunan.

Posted in Public Relations.
By nanath
December 23, 2009

10 comments
Proses Public Relations

Proses Public Relations

Menurut Cutlip and Center, proses kerja PR meliputi :

   1. Fact Finding : Mendefinisikan permasalahan yang dilakukan melalui penelitian dengan menganalisa situasi berupa pemahaman, opini, sikap dan perilaku publik terhadap lembaga.
   2. Planning : Berdasarkan pada rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik
   3. Communicating : Dalam tahap ini PRO harus mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga mampu mempengaruhi sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program tersebut.
   4. Evaluating : Tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau kegagalan yang terjadi dari program tersebut.


Sabtu, 25 Desember 2010

Arti "CINA"

Apa sebenarnya arti kata “Cina”? Mengapa orang-orang keturunan Cina di Indonesia merasa keberatan untuk dipanggil “Cina”? Bahkan beberapa tahun yang lalu pernah ada sinetron Indonesia yang berjudul “Jangan Panggil Aku Cina”. Apa arti kata “Cina” sebenarnya dan mengapa kata itu menjadi sangat sulit diterima?
Lalu bagaimana pula dengan kata “Tiongkok”, “Tionghoa” dan “Mandarin” yang sering digunakan untuk menyebut negara, bangsa dan bahasa China? Dari mana asal kata-kata tersebut? Saya mencoba mengumpulkan data-data untuk memberikan informasi mengenai hal itu.
ASAL KATA “CINA”
Sebenarnya nama Cina atau China sendiri sudah dikenal oleh orang Barat sebelum Marco Polo masuk ke Tiongkok (Marco Polo masuk ke Tiongkok pada zaman Dinasti Yuan), dan periode semenjak ditutupnya Jalur Sutera hingga zaman Marco Polo sama sekali tidak ada kontak antara Barat dengan Cina (saat itu pula pedagang-pedagang dari Arab dan Gujarat belum lagi merintis jalur laut yang menghubungkan antara Barat dengan Cina). Kalau kita ingat pula ada salah satu pepatah Arab yang mengatakan: “Uthlubul ‘ilma walaw bish shiin” atau “Tuntutlah Ilmu sampai ke Negeri Cina” (di sini Cina dituliskan dalam bahasa Arab “Shiin”). Katakanlah Islam baru tiba di Arab tahun 600-an Masehi dan masuk ke Cina era Khalifah Utsman bin Affan, yang manapun, nama “Shiin” atau “Cina” berarti sudah dikenal 1200 tahun sebelum Invasi Jepang ke Cina.

Kata Cina sendiri diperkirakan berasal dari serapan bahasa Barat untuk menyebut “Negara Qin (baca: Cin)”. Pada era Reunifikasi Cina, Negara Qin menyatukan seluruh Cina Daratan dalam satu aturan, satu ukuran, satu negara, satu bahasa, dan satu tulisan, yaitu Aturan Qin, Ukuran Qin, Negara Qin, Bahasa Qin, dan Tulisan Qin. “Tulisan Qin” (The Qin Writing) ini lalu menjadi dasar bagi tulisan Cina hingga sekarang. Besar kemungkinan dari nama tulisan inilah nama “Cina” diserap.
Oleh orang Arab, Qin disebut sebagai “Shiin”, kemungkinan besar ini lalu diparafrasekan menjadi “Sino”, dari sini (mungkin) nama “Sino” lalu dibawa ke Eropa dan diserap dalam Dialek Germanic “Chine” (Franks: baca “Sin”), yang pada akhirnya lalu oleh orang Inggris menjadi “China” (ini karena sebagian bahasa Inggris terpengaruh juga oleh serapan dari bahasa Perancis selain dari Induk Bahasa Germanic).
Teori Pertama, ketika Napoleon Bonaparte menguasai Eropa (termasuk Belanda), mungkin juga kata ini masuk ke Belanda yang lalu membawanya ke Indonesia.
Teori kedua adalah bahwa kata “Cina” berasal dari bahasa Portugis “Cino” (kemungkinan besar terpengaruh dialek Perancis) yang lalu terbawa ke Melayu.
Teori ketiga adalah bahwa dari Arab, kata “Shiin” dibawa ke Nusantara yang lalu diadopsi menjadi “Cina”. Yang manapun teori ini…yang pasti adalah bahwa kata yang baku dalam bahasa Indonesia sebenarnya adalah “CINA” bukan “CHINA”. Ini karena dalam Aksara Jawa, tidak dikenal “CH” dan sebutan “Ai” untuk “i”. Mengenai dari akar bahasa mana dikenal Cina, mungkin sekali adalah dari Bahasa Jawa, tapi “CHINA” adalah EJAAN YANG HANYA DIKENAL DALAM BAHASA INGGRIS (padahal Inggris baru masuk ke Indonesia tahun 1805). Bahasa Jerman sebagai induk bahasa Inggris hanya mengenal “China”(dibaca: Cina).
ASAL KATA “TIONGKOK” DAN “TIONGHOA”
Tiongkok berasal dari kata “Zhong Guo” (baca: Chung Kuo) yang diartikan sebagai “Negara Pusat” atau “Dataran Pusat”. Sementara itu Tionghoa berasal dari kata “Zhong Hua” (baca: Chung Hua) atau yang berarti “Segala sesuatu mengenai Dataran (Negara) Pusat”. Tiongkok dipakai untuk menyebut seluruh wilayah nasional Cina, sementara Tionghoa menunjukkan hal kebangsaan. Menyebut “Tiongkok dan Tionghoa” sama saja seperti menyebut “Great Britain dan British”. Oleh karena itu, kita tidak menyebut “Negara Tionghoa” melainkan “Negara Tiongkok”, juga tidak menyebut “Bahasa Tiongkok” tapi “Bahasa Tionghoa”.
ASAL KATA “MANDARIN”
“Mandarin” sendiri sebenarnya berasal dari kata “Mantrin” atau dalam Bahasa Melayu berarti “Magistrate” (ini berasosiasi dengan kata “Mantri” yang lalu diartikan sebagai “Menteri”). Ini mungkin untuk menyebut Perwalian dari Dinasti Ming di Tiongkok atas wilayah-wilayah koloni di sekitar “Nan Hai” atau Laut China Selatan (antara lain Cham Papura, Tumasik, Malaya, Majapahit, Cha-li-fo-che, dan Annam).


MENGAPA “CINA” BERKONOTASI NEGATIF
Saya pernah bertanya kepada beberapa teman keturunan Cina, mengapa mereka tidak mau dipanggil “Cina” tetapi tidak keberatan kalau dipanggil dengan sebutan China (baca: Cayna), Chinese (Caynis) atau Tionghoa. Mereka bilang, tidak terlalu tahu alasannya namun rasanya tidak enak saja mendengarnya. Sepertinya kata “Cina” memiliki konotasi negatif. Berdasarkan beberapa sumber saya menemukan beberapa alasan mengapa kata “Cina” terkesan tidak enak didengar, yaitu:
Menurut para ahli estimologi atau ahli asal kata yang menyusun kamus bahasa Inggris Oxford, kata China kemungkinan besar mengacu pada dinasti Qin, yang menguasai Tiongkok pada abad ke-3 SM. Artinya, kurang lebih adalah “orang-orang dari dinasti Qin”. Tetapi harian Kompas pernah mencatat dalam artikel tanggal 23 Oktober 2005 yang berjudul “Kebangkitan Si Orang Sakit” bahwa kata China mungkin juga berasal dari bahasa Jepang “Zhi na” yang artinya orang sakit.
Ada juga yang berpendapat, istilah China digunakan oleh Jepang karena kata itu bermakna “daerah ujung” atau “daerah pinggiran” alias “orang udik”. Dengan arti yang demikian, sebutan Cina untuk penduduk RRC oleh fasis Jepang tentu dimaksudkan sebagai sebuah ejekan atau makian.

Konotasi negatif itu begitu membekas sehingga sampai sekarangpun orang-orang keturunan Cina tidak ingin dipanggil dengan sebutan Cina. Sehingga dapat dipahami alasan di balik kata “Cina”.

iam alone

sendirian aku di sini, tanpa siapa-siapa
sendirian aku menunggu mu....
sendirian dengan semua kesedihan ku
sendirian dengan semua kesepian ku
sendirian dengan semua kegelapan ku
sendirian aku tinggal di tempat yg gelap
aku mendengarkan bisikan malam
sendirian dengan masalah masalahku
sendirian dengan semua keinginan KEBEBASAN ku
sendirian dengan semua penyesalan ku
sendirian dengan semua orang bodoh ku
aku tidur, dengan kesendirian
aku menjerit, tapi tidak ada yang mendengar ku
aku mimpi, siapa yang peduli?
aku jatuh, jatuh terlalu dalam mungkin.
masih .. tidak ada yang peduli.
mana dunia?
mana orang banyak?
mana kebebasan?
mana hidup?
mana kasih sayang?
mana gelak tawa?
mana? mana?
mana jiwa ku?
dimana kau??
di mana 
aku bisa menemukannya?
katakan padaku, mana??
aku sendiri bertanya.
sendirian
aku jawab.
aku berdoa sendirian.
aku berfikir sendirian
apa yg harus aku katakan
dan sendirian aku akan mati



"enoughdimas210483"